PotretPembangunan dalam Puisi ORANG-ORANG MISKIN Oleh : W.S. Rendra Orang-orang miskin di jalan, yang tinggal di dalam selokan, yang kalah di dalam pergulatan, yang diledek oleh impian, janganlah mereka ditinggalkan. Angin membawa bau baju mereka. Rambut mereka melekat di bulan purnama. Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala, mengandung
Puisi sedih untuk ibu yang jauh di kampung adalah rangkaian kata kata untuk ibu tersayang dan cerita puisi untuk ibu yang jauh di kampung, menjelaskan kerinduan seorang anak kepada ibu dikampung cerita puisi rindu untuk ibu dalam untuk ibu yang jauh di kampung yang dipublikasikan berkas puisi, apakah puisi sedih untuk ibu yang jauh dari anaknya bercerita seperti puisi untuk ibu sedih menyentuh hati atau puisi sedih untuk ibu yang sudah lebih jelasnya puisi sedih menyayat hati untuk ibu, disimak saja puisi ibu berikut ini berjudul emak dalam bentuk puisi prosa Oleh Titis Arkadewi PanuluhSemilir angin menyapa senja temaram, terbayang seraut wajah tua merenung gelisah,rinai air mata teteskan rindu, mengalir deras di antara balutan kulit keriputmuLamunan goreskan khayalan pilu menyayat, perih luka tiada berdarah, sendiri menelusuri lorong panjang berujung kehampaan, bilakah bahagia kudapatEmak maafkan, dua dasawarsa kutinggalkan huma tua di atas bukit kapur, kubawa mimpi setinggi langit tanpa restumu, bertahun wujudkan impian belum juga berkenyataanMerenda waktu di negeri seberang, memintal hari-hari berpayung terik mentari, mengejar sejumput impian bahagia persembahanku nanti, tatkala bersimpuh dalam dekap hangatmuKetika dulu angkuhku berontak, menepis lembut nasehat menahan, di balik kesedihan tersungging senyuman meneduhkan jiwa, bagai mata air di mana mengalir ribuan kebajikan menghias bibir bijakmuKaulah pemilik surga di telapak kaki, yang setia menjejak langkah di waktu pagi dingin, pun siang bermandi peluh membanjiri raga, hingga malam menjaga buah hati, kasih sayangmu mengucur ribuan berkah illahiLetih lunglai kakiku menapaki asa di tengah gelombang kejam kehidupan, impian indah luluh lantak, bilah pendayung terlepas dan layar tak terkembang, takdir mengapung tanpa arah tujuanSerupa berenang di lautan luas haus tetap kurasa, dahaga dekap belaian juga tiupan doa menghembus ubun-ubun dua dasawarsa silamMenatap jingga merajut senja sunyi, terucap sebait doa mohon ampunan Tuhan, ingin kututup lembaran kelamEmak, esok aku pulang
kampunghalaman. Puisi Dinasti Tang Karya Li Bai - Kangen Di Malam Sunyi (静夜思) 2022-07-04. By: Ella. On: 4 July 2022. In: Seni & Sastra. Puisi karya Li Bai ini dibuat di tahun 727 Masehi di kota An Hui, Tiongkok. Puisi ini termasuk dalam kumpulan 300 Puisi Tang (Hanzi: 唐诗三百首, Baca Selengkapnya.
Puisi Ibu – Jasa seorang ibu memang tidak akan pernah bisa dibalas oleh setiap manusia, meskipun ia telah melakukan berbagai pengorbanan yang besar, sekalipun ia menulis seratus lebih Puisi Tentang Ibu namun, belum sedikitpun akan terbalas. Pengorbanan dan perjuangan yang telah mereka berikan terhadap anak, mulai sejak ia lahir hingga wafat, takkan bisa dibandingkan meski dengan ribuan Puisi untuk Ibu yang menyentuh, karena bagaimanapun jua, merekalah yang paling menyayangi kita. Karena memang takkan pernah terbalas sampai kapanpun, setidaknya kita juga harus memberi apresiasi penuh setiap saat kepada mereka, baik melalui sikap, perbuatan hingga melalui Kumpulan Puisi Ibu singkat di bawah ini, yang bisa kamu ungkapkan kepada mereka. Banyak sekali jenis Puisi untuk orangtua yang bisa dirangkai oleh siapapun, misalnya Puisi Ibu Sedih, menyentuh, ungkapan cinta dan sebagainya, namun faktanya itu hanyalah sebatas apresiasi, bukan berarti jasa mereka akan terbalas. Tak terbantahkan, berapa besar jasa dan pengorbanan mereka. Bahkan ketika kita lahir, dia telah mempertaruhkan nyawanya. Meskipun selamat, setidaknya rasa sakit yang dia rasakan saat proses melahirkan sama sakitnya bagai kehilangan nyawa setengah. Itulah mengapa, wajib hukumnya bagi kita untuk senantiasa berbuat baik, berperilaku sopan santun, serta menghormati dan menghargai beliau, baik ketika hidup maupun setelah wafat. Berikut, beberapa Koleksi Puisi Ibu tercinta oleh Senipedia untuk kamu ungkapkan kepadanya Puisi Ibu Tercinta Seorang ibu yang menahan rasa sakit ketika mengandung, bukankah perkara yang mudah. Pengorbanan yang ada tak tertandingi, namun dengan tulus dan iklhas dia menahan semua itu, demi melihat wajah kita hadir di dunia ini. Nah, berikut adalah beberapa puisi tentang jasa ibu yang telah melahirkan, merawat dan membesarkan anak-anaknya hingga akhir hayatnya. Silakan simak dan renungkan bersama-sama Seluruh Nafas Ibu, Ku ucapkan dengan segenap raga, Ku tuturkan dengan sepenuh asa, Rasa terima kasih yang begitu nyata, Untukmu yang paling aku cinta… Ibu, Dari lahir hingga mati ku, Dari kecil hingga besar ku, Engkaulah labuhan cinta tertuju, Tanpa bimbang dan rasa ragu… Seluruh nafas dikandung badan, Ku curahkan padamu penuh harapan, Hanya untukmu aku persembahkan, Tiada lain yang bisa aku berikan… Terimalah salam sapa mesra ku, Sambutlah gembira hangat pelukku, Dari siang hingga malam berlalu, Cintaku abadi hanya untukmu.. Terima Kasihku Kadang aku membayangkan, Betapa sakitnya di masa silam, Saat pertama aku dilahirkan, Melihat dunia yang terang benderang… Wajah pertama yang aku tatap, Kulihat senyumnya penuh harap, Penantian sembilan bulan telah terjawab, Aku bergabung dengan selamat… Derita itu telah berakhir, Tiada lagi masa sulit dan getir, Kulihat matamu digenangi air, Menggenggam jariku yang melintir… Ibuku tercinta, Terima kasih telah buatku ada, Terima kasih telah hadirkan aku ke dunia, Dengan rasa sakit dan uraian air mata… Pertaruhan Nyawa Terkadang, aku membangunkanmu, Ditengah malam yang sendu, Kala engkau tertidur lesu, Kusibukkan engkau dengan tingkahku… Menendang, ingin berlari, Sakit bagimu, namun senyum terpatri, Terucap do’a dan harapan abadi, Dari bibirmu sepenuh hati… Hari demi hari berlalu, Bulan ke bulan menunggu, Hingga tiba harinya bagimu, Untuk pertaruhkan segenap nyawamu… Rasa sakit itu tak kurasa, Namun kudengar tangisan di sana, Setelah kita bertatapan mata, Sakit hilang, datanglah bahagia… Puisi Ibu Tersayang Sebuah riwayat menceritakan pada zaman nabi, seseorang pernah datang menemui Rasulullah seraya bertanya “kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?”, Rasulullah menjawab “Ibumu.”. Pertanyaan itu ditanyakan sebanyak 3 kali dengan diawali kata “kemudian”, Nabi menjawab “Ibumu” sebanyak 3 kali pula. Barulah pertanyaan ke empat, Rasulullah menjawab “Ayahmu” HR. Bukhari. Dari hadits di atas bisa kita simpulkan bahwa, kedudukan seorang ibu lebih tinggi 3x dibanding sosok ayah. Itulah mengapa, kedudukannya sangat penting dan wajib untuk disayangi. Berikut, beberapa Puisi tentang Ibuku Sayang untuk kamu semua Kenangan Indah Terkadang, aku terdiam, Mengenang sesuatu dalam kelam, Ada cerita yang menusuk dalam, Ada terselip kenangan yang tak padam… Kenangan di masa kecil dahulu, Kala ku temani ibu di hari Minggu, Menyongsong ladang yang menguning, Sejak mentari mulai menyingsing… Kau ajarkan cara mengusir burung, Aku tak paham, kau pun tak murung, Tak ada kesedihan yang merundung, Hanya rasa syukur yang menggunung… Ibu, Kenangan indah di masa dahulu, Kisah klasik yang terukir merdu, Seumur hidup akan ku kenang, Di dalam jiwa selalu terbayang… Ibu, Meski kini takkan lagi ku rasa, Sudah saatnya ku cicil jasa, Memberi semua yang engkau minta, Kala kau beranjak ke usia tua… Pujian Untukmu Ibu, Engkaulah bidadari tak bersayap, Terangi aku di malam yang gelap, Lapangan jiwa yang begitu pengap, Dengan lembutnya jemarimu mengusap… Ibu, Kau adalah wanita terbaik, Lemah lembut dan berparas cantik, Tutur katamu lembut melentik, Perlakukan semuanya dengan baik… Ibu, Jasa-jasamu sungguh besar, Tak pernah membenci dan kasar, Kasih sayangmu tak pernah pudar, Membimbing aku dengan penuh sabar… Ibu, Kaulah anugerah yang sebenarnya, Hadirmu bercahaya bagai pelita, Engkaulah wanita yang paling aku cinta, Hingga akhir menutup mata… Hingga Akhir Hayat Kepadamu sang matahariku, Pasti kurindu hangatmu sepanjang waktu, Sinari gelapnya ruang di kalbu, Harapkan penuh akan sinarmu… Kepadamu bulan pernamaku, Gelap malam kubutuh cahayamu, Temani malamku dengan sinarmu, Hingga pagi datang menjamu… Kepadamu embun di waktu fajarku, Bangunkan aku berikan sejukmu, Membuka hari dan lembaran baru, Untuk menggapai cita-citaku… Engkaulah itu, ibu, Matahari, bulan dan fajarku, Tetaplah disini disampingku, Hingga akhir hayatku… Saya secara pribadi meyakini, bahwa sosok Ibu merupakan wanita pertama san seterusnya sebagai orang yang sangat kita cintai. Oleh karenanya, adalah suatu hal yang amat menyakitkan jika kehilangan dia untuk selama-lamanya. Bagi teman-teman semua yang saat ini telah kehilangan Ibu, saya telah menyediakan beberapa Puisi Sedih Tentang Ibu dan semoga bisa membuat kenangan bersamanya selalu hidup, serta tumbuh hingga di kemudian hari. Berikut Sore Kelabu Entah apa yang terlintas, Hati dan pikiran penuh kecamuk, Akan ada haru yang membekas, Akan terukir rindu yang terbentuk… Sore itu, angin berhembus pelan, Mengelus ubun dan menusuk pikiran, Bagaimana tidak aku terbeban, Sedang nyawa terasa lepas dari badan… Sore itu, cobaan terberat telah sampai, Mengunjungi petangku yang damai, Untuk memberi tanda usai, Akan pertanda kehidupan selesai… Tak terbayang dan tak terbantah, Kenyataan menyeret luka terparah, Ibu, orang yang paling kucinta, Pergi untuk selama-lamanya… Sekarang, waktu terus berjalan, Aku jalani hidup penuh tekanan, Akan rasa rindu yang makin terasa, Mengingatmu yang kini di Syurga… Ingatan Pahit Aku tak biasa hidup tanpamu, Dunia terasa sepi tanpa hadirmu, Canda tawaku selalu terbayang dibenakku, Menghibur setiap keluh dan kesahku… Hanya rindu yang tak kenal buntu, Ibarat makanan disetiap sehari-hariku, Air mata menetes kala ingat senyummu, Yang menegurku akibat tingkah lakuku… Disini aku kan selalu berdoa untukmu, Berdoa supaya engkau ada disisinya, Ditempat yang paling indah disana, Yang dijanjikan Tuhan yakni Surga… Aku mencintaimu, ibu, Selalu mencintaimu, Tersimpan kokoh dalam hati, Tak akan pernah terganti... Belum Jadi Apa-Apa Untuk ibu yang kerut di tanganmu kian menjalar, ada aku yang belum bisa menjadi siapa-siapa, di matamu dan dunia, Belum mampu memberi apa yang sepantasnya kau miliki, dari seorang anak… Ketika helai-perhelai rambutmu mulai memutih kusut, masih saja kupalingkan perhatian untukmu, Acapkali perkataanmu tak ku-indahkan dengan seksama… Manakala keriput wajahmu semakin jelas, suara teriakanmu tak redup, saat bangunkan aku disetiap pagi menjelang, Siapkan perbekalanku sebelum kulangkahkan kaki, mencari nafkah… Ketika tengah malam menjelma, kuketuk pintu rumah hingga bangunkan kamu, Dan perlahan buyarkan mimpi, Belum akan tertidur kembali, sebelum aku mendahuluimu masuk kamar… Atas semua curahan rasa sayang, siraman cinta nan indah, serta jasa abadi nan mulia darimu, sudah sepantasnya sosokmu, kujadikan cinta terbesar dalam hidup dan matiku… Puisi Pengorbanan Ibu Tak patut lagi rasanya, bila kita masih mempertanyakan seberapa besar pengorbanan seorang ibu, terhadap anak anak dan keluarganya. Karena sudah barang pasti, bahwa jasa dan pengorbanan mereka bahkan tak bisa hidup dengan anda sekalipun. Begitu pula bagi kita untuk membalasnya. Sebagai seorang anak, yang harus dilakukan hanyalah selalu berbakti kepadanya selagi ia hidup, dan senantiasa mendoakannya ketika ia telah tiada. Berikut adalah beberapa Puisi Ibu Tentang Pengorbanan yang menyentuh hati Terima Kasih, Ibu! Kala kau tertidur lelap, Di tengah malam yang amat pengap, Suara tangisku pecahkan keheningan, Suaraku buat telingamu terngiang… Tak ada rasa mengeluh, Kau bergegas memberi asuh, Dan ketika fajar menjelang subuh, Aku tertidur, dan mukamu kau basuh… Kau langkahkan kaki menuju dapur, Memasak ikan dan juga sayur, Namun aku kembali terjaga, Mengganggumu yang tengah bekerja… Lagi lagi, kau tak tampakkan wajah berang, Kau peluk aku penuh kasih sayang, Tangisku perlahan jadi girang, Kulihat senyummu tampakkan senang… Jika kucoba ingat semua ini, Selalu menetes air mata di pipi, Mengenang semua kasih yang kau beri, Cinta abadi yang terpatri… Terima kasih, ibuku sayang, Atas semua yang kau persembahkan, Aku berjanji sepanjang usia, Akan berbakti dengan setia… Terima Persembahanku Sejak kecil, kau temani, Kucuran edukasi kau sirami, Nasihat mulia yang kau beri, Jadi pedomanku hingga hari ini… Hari demi hari telah berlalu, Kunikmati pendidikan dari guru, Tak pernah lelah menuntut ilmu, Disertai semangat yang menggebu… Hingga tiba pada saatnya, Kau lihat aku mengenakan toga, Mempersembahkan apa yang aku punya, Buat kau kucurkan air mata… Gelar ini terkhusus untukmu, Jerih payahku senangkan batinmu, Suasana tangis penuh syahdu, Bahagiamu ialah bahagiaku… Terima kasih, ibu, Atas bimbingan dan nasihatmu, Hingga aku berada di panggung itu, Untuk memulai masa depanku… Tak Kenal Letih Angin sepoi-sepoi kibaskan rambutmu, Rambut yang kini mulai memutih, Tandakan kau telah masuk usia senja, Usia tua nan menyayat jiwa… Langkahmu perlahan membungkuk, Keriput kulitmu terlihat lapuk, Kepalamu lebih sering menunduk, Mulutmu keluarkan suara batuk… Namun tak kau kenal apa itu letih, Tak pernah terdengar suara rintih, Demi membagi segala kasih, Meski tak pernah mengharap pamrih… Ibuku tercinta, Maafkan anakmu yang manja, Belum bisa menjadi siapa-siapa, Ketika usiamu telah senja… Hanya ragamu yang bisa kujaga, Dengan segala cinta di dada, Aku bersumpah untuk setia, Membuktikannya kepada dunia… Puisi Tentang Ibu Menghormati orang tua terutama sosok ibu, adalah suatu kelaziman bagi setiap orang. Bagaimana tidak, dia telah mengorbankan segalanya demi kebahagiaan anak, bahkan nyawanya sekalipun, terlebih ketika melahirkan kita. Rasulullah saw. bersabda, “Surga itu di bawah telapak kaki-kaki para ibu, siapa yang mereka kehendaki, maka mereka akan memasukkannya, dan siapa yang mereka kehendaki, maka mereka akan mengeluarkannya.”. Sabda Rasulullah di atas bisa kita tarik makna bahwa betapa pentingnya menghormati sosok ibu. Nah, untuk mengapresiasikannya, berikut telah saya sajikan beberapa Puisi Ibu yang menyentuh dan romantis Dalam Genggaman Ibu, Tak tak peduli akan nasibmu, Kau jadikan tubuhmu tameng kokoh, tuk melindungi anakmu. Ibu Telah kau berikan hidupmu kepadaku, Namun kini mudah saja bagiku, mengorbankan nyawa untukmu… Andai saja seisi dunia ada di genggamanku, Akan kutumpahkan semua di bawah tapak kakimu, Kini hanya tumpahan air mataku, Yang bersimpuh di hadapanmu… Kuhatutkan kata maaf atas kekuranganku, Meski hidup ribuan tahun, Kulalui siang dan malam tuk berbakti padamu… Semua itu takkan mampu, Untuk membayar setetes air asi, yang kau berikan padaku… Tak Jenuh Dentingan nafasmuselimuti hari hingga senja, Tak terbesit setitik kelelahan di wajahmu, Tiada keluh saat semua harus kau tempuh, Langkahmu tak henti Berjuang untukku… Kasihmu tak kunjung reda, Walau dirimu dalam lelah, Kau angkai kata bijak untukku, Mengurai senyum Di setiap langkahku, Mendera doa Di setiap helai nafasku… Ibu, kau mutiara di jiwaku, Relung hatimu sangat indah, Hingga aku tak mampu menggapai dalamnya, Tetes air matamu menguntai, Sebuah asa untukku… Semangat Mengais Asa Kau banting tulang, berpenat, Sempit waktu untuk kau beristirahat, Kau tak kenal henti senang, Entah itu malam ataupun siang… Semangatmu tak pernah redup, Mengais sisa asa sepanjang hidup, Dengan senyum yang berhias peluh, Berharap kelak akan menjadi indah… Kau jembataniku menuju impian, Kau pembimbing hidupku saat aku menyapa lelah, Kau indah yang tak ternilai bagiku, Kau pil semangat saat terpuruk menyergapku, ibu… Puisi Ibu 2 Bait 4 Baris Ketika… Ketika aku masih bayi, Tertatih, terjatuh, kemudian berlari, Kau didik aku sepanjang hari, Tanpa keluh dan kesah di hati… Ibuku, permata hatiku, Dibalik lentera bentang kelambu, Dibalik murninya air susu, Dibalik paras nan berbau rindu… Do’a dan Harapan Kasihmu tercurah bagai air bah, Tuturmu lembut tegur aku yang salah, Disepanjang zaman dan masa berubah, Kasihmu abadi dan amat indah… Do’a dan harap senantiasa terkirim, Rindu di hati kian bermukim, Berganti tahun dan musim, Hormati ibu adalah lazim… Ada Rindu Kutatap langit nan biru, Teringat akan kampung halamanku, Sosok wanita yang kupanggil ibu, Membayang-bayangi dalam benakku… Ada rindu yang sangat besar, Kau menungguku dengan sabar, Meski cobaan membuat gentar, Kujemput engkau, buat rindu memudar… Puisi Ibu 3 Bait Untukmu Ibu Ibu, Kokoh jiwamu bagai karang, Meski dunia selalu menerjang, Kau tak hentinya tuk berjuang… Ibu, Kasihmu mulia bagai permata, Memberi tanpa harap balas jasa, Untuk anak-anakmu tercinta… Ibu, Tuturmu lembut ibarat sutra, Tanganmu halus membelai manja, Memberi nyaman dan bahagia… Permata Hatiku Engkaulah wanita satu-satunya, Yang tak pernah mengeluhkan derita, Curahkan cinta tanpa diminta, Untuk semua anak-anaknya… Engkaulah awan penurun hujan, Sejukkan hati yang gersang, Mengajak dekatkan diri pada Tuhan, Tanpa sedikitpun mengharap imbalan… Ibuku sayang, Selama nyawa di badan, Selama raga masih menopang, Cinta kasih padamu takkan hilang… Kurindu Kurindu dongeng-dongengmu, Cerita penghantar tidurku, Tentang orang yang pergi berburu, Tentang elang dan burung hantu… Kurindu masakan pagi, Yang dulu senantiasa beri energi, Namun kini tak lagi sama, Sejak kau jauh di mata… Hanya ada rindu bertumpuk, Yang setiap hari aku pupuk, Senyummu terbayang di pelupuk, Ingin rasanya aku memeluk… Puisi Ibu 4 Bait 4 Baris Andai Engkau Tahu Ibu, Andai saja engkau tau, Rasa rindu yang ada di hatiku, Begitu besar dan selalu menggebu… Ibu, semua yang telah kuberikan, Memang takkan pernah sepadan, Dengan segala cinta dan kasih sayang, Yang senantiasa kau curahkan… Ibuku tercinta, Engkaulah wanita yang mulia, Derajatmu tinggi di sisi Maha Kuasa, Cahayamu terpancar bak sinar Surya… Engkaulah ibuku, Permata hatiku, Pengobat lukaku, Penawar sakitku… Siraman Do’amu Ketika subuh menjelang, Tandakan hari hampir siang, Kau segera laksanakan sembahyang, Dengan khusyuk dan amat tenang… Diakhir sholat subuhmu, Tak lupa kau sempatkan waktu, Demi kirimkan do’a untukku, Agar senantiasa berbahagia selalu… Maafkan aku, wahai ibu, Yang belum jadi apa-apa untukmu, Sedang usia senjamu, perlahan datang menjamu… Namun kau tak perlu risih, Selagi nyawa di kandung badan, Aku akan terus berusaha, Mewujudkan semua yang engkau pinta… Peluhmu Aku bisa melihat dengan jelas, Betapa api menampar ganas, Hadirkan keringat berpeluh panas, Semua kau lalui dengan ikhlas… Tak pernah sekalipun terbesit, Rasa keluh ataupun kesah, Hanya ungkapan sabar dan syukur, Disepanjang siang dan malam… Semua itu kau lalui, Di setiap hari, Entah bagaimana perasaanmu kini, Sedangkan kami kadang tak berbakti… Ibu, Melalui puisi ini, Maafkanlah kesalahan kami, Ampunilah dosa-dosa kami… Puisi Untuk Ibu Cerita Malam Di malam yang sunyi itu, Aku bercengkrama denganmu, Mendengar cerita darimu, Tentang pengorbanan besar itu… Kau ceritakan kisah yang haru, Tentang ketika engkau mengandungku, Berjuang pagi hingga malam berlalu, Selalu berdo’a di akhir sujudmu… Dan ketika aku lahir ke dunia, Kau menggendongku penuh cinta, Mengusap kepalaku penuh rasa, Berjuta kasih hingga tak tercerita… Kasih tercurah abadi di dada, Cinta yang tumbuh bagai intan permata, Takkan pernah bisa kulupa, Kan ku kenang sepanjang masa… Terima Kasih Terima kasihku padamu ibu, Atas air mata yang tercucur untukku, Atas iringan do’a dan harapanmu, Yang tak henti-hentinya kepadaku… Terima kasih ibu, Atas kesabaran dan kelembutan hatimu, Atas rasa cinta yang menggebu, Hingga hadirkan segunung rindu… Terima kasih, ibuku, Di sisa-sisa usiamu, Masih saja selalu kau ingatkanku, Agar ku gapai semua impianku… Tetaplah disampingku, Aku belum sanggup kehilanganmu, Belum siap menerima haru, Bila harus berpisah denganmu… Do’a Untuk Ibu Wahai dzat yang Maha Kuasa, Ampunilah dosa-dosa bunda, Berilah ia sehat dan sejahtera, Hingga akhir menutup matanya… Wahai dzat yang Maha Pemurah, Jangan biarkan lagi air matanya tercurah, Buatlah kesusahannya menjadi sudah, Meskipun ia tak pernah menyerah… Wahai dzat yang Maha Mengetahui, Aku bersumpah dan berjanji, Akan senantiasa untuk berbakti, Kepada ibuku, sepanjang hari… Wahai dzat yang maha pengasih, Dia berkorban tanpa pamrih, Hatinya suci, jiwanya bersih… Puisi Rindu Ibu Jujur saja, perjalanan kehidupan seorang anak akan menjadi sedikit berubah atau berbeda, selepas ditinggal oleh sosok ibu. Entah itu disebabkan karena kesedihan yang mendalam, atau sebagainya. Namun bagaimanapun, perjalanan harus tetap berlanjut, yang perlu dilakukan hanyalah menyadari bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mengalami mati. Berikut, puisi tentang rindu Ibu untuk kamu Engkau Dan Surga Kendati demikian, aku tak lagi risau, Aku tahu kau ada dimana sekarang, Ya, kau berada di dalam Surganya Allah, Tempat paling indah dari segala tempat. Di sisi lain, aku merindu, Hal paling berat yang aku nikmati disini, Menyebut namamu di pangkal dan ujung jari, Hanya engkau yang akan terpatri. Ibu, nikmatilah Surga Tuhan, Tetaplah tebarkan senyuman, Lakukan itu dan janganlah kau hentikan, Aku mencintaimu sepanjang zaman. Ibu, antara engkau dan surga, Asalah ribuan ucapan do’a, Dari anakmu di dunia fana, Semoga selalu bahagia di alam sana. Sepucuk Surat Untuk Ibu Kugoreskan pena bertinta, Lewat untaian kata, Kutuliskan di atas kertas, Dengan hati penuh ikhlas. Kemudian di sepertiga malam, Aku terjaga ditengah kekelaman, Mengangakan kedua telapak tangan, Menghadap Yang Maha Penyayang. Ibuku sayang, Aku sedih dan memanglah malang, Namun berkat Yang Maha Penyayang, Semua kembali terasa ringan, Karena kau selalu dalam Bayangan. Ibu, surat ini aku kirimkan untukmu, Disini tertulis bait-bait rindu yang terbelenggu, Serta harapan untuk bisa bertemu, Meski hanya dalam mimpi nan semu. Terima Kasih, Ibu Hai Sang Penggagas Alam, Aku begitu bersemangat hari ini, Sinar Mentari-Mu begitu tajam, Membangkitkan semangat dari dalam diri. Hai Yang Maha Pengasih, Kubuka hari dengan jiwa yang bersih, Dengan semangat yang berbuih-buih, Untuk cinta tanpa rasa pamrih. Teruntuk Ibu tercinta, Kuucapkan jutaan Terima Kasih, Atas curahan rasa cinta tanpa letih, Atas didikan dan kasih sayang tanpa pamrih. Pagi ini, aku berada di tepi pusaramu, Kukirimkan seuntai do’a dengan senyum syahdu, Tidak lama lagi kita akan bertemu, Di dalam Surga saling melepas rasa rindu. Terima kasih, ibu… Puisi Ibuku Pahlawanku Tak Kenal Lelah Kau banting tulang, Tak kenal akan beristirahat, Kau tak kenal waktu rehat, Entah itu malam ataupun siang… Dirimu tak pernah merasa jemu, Melukis kerja keras di atas bumi, Dengan tubuh bermandi peluh, Berharap kelak kan jadi indah… Ibu, kau jembataniku menuju cita, Kau pembimbing hidupku kala disapa lelah, Kau keindahan yang tak ternilai, Kaulah pil semangat saat terpuruk menyergapku… Tenanglah… Kau yang selalu ada untukku, Kau yang selalu menyayangiku, kau segalanya bagiku, Ku rindu saat kau memanjakanku… Kini, semuanya telah hilang, Hanya tertinggal bayang-bayang, Setiap malam berganti siang, Semua verita kan ku kenang… Selamat jalan, ibu, Sampai jumpa lagi denganmu, Tenanglah engkau di sana, Di sisi Sang Pencipta… Padamu Ibu Ibu, Engkau bagaikan bidadariku, kau yang telah membesarkan ku, sampai sekarang… Ibu, Engkau rela mengorbankan nyawa bagiku, tapi apa yang aku balas pada engkau.. cintamu slalu menerangi jalan yang aku tuju… oh… Ibu, andai aku sebijak sekarang, aku tak akan mengecewakanmu, tapi aku tau itu semua sudah terlambat, terimah kasih ibu… Puisi Ibu Singkat Kehadiranmu Kurangkai kata ini, bukan untuk memuji mu, Kususun kalimat ini, bukan untuk merayu mu… Semua ku tulis, hanya untuk memuliakan mu… Ibu, karena kau hadir memberi ke indahan dan kasih sayang, Ibu, karena kau hadir memberi cahaya dan kehangatan… Sosokmu Inilah engkau adanya,Ibu ku, itulah kau sebenarnya,Ibu ku, wahai sang penyinar bumi, berikanlah sinar terang mu, di setiap jalan yang akan dilangkahinya… wahai sang penyejuk bumi, hembuskanlah kesejukan, dalam damai masa tua nya… Untukmu Mama Mama, Kaulah wanita yang paling berharga dalam hidupku, Kasih sayangmu terpancar sejak aku masih dalam kandungan, Kau selalu memberikan yang terbaik bagiku… Walau kita sering bersebrangan, Karena kita meimiliki perbedaan, Dalam pandangan… Tapi, Kasih sayangnmu tak pernah lekang Dimakan oleh waktu, Walau usiamu tak lagi muda, Semangatmu tetap membara Mlelayani Tuhan Dan sesama… Ku Bangga Ibu, Engkau yang telah melahirkanku, Engkau yang telah merawatku, Tak ada kata putus asa di hatimu, untuk ku… Ibu, Lewat puisi ini, ku ungkapkan rasa terima kasih ku, Lewat puisi ini, ku ungkapkan rasa banggaku pada mu… Kesadaran Ibu, Ku lihat berita di televesi, Ku dengar baik-baik apa isinya, Betapa na’as nya nasib seorang anak, yang dibuang oleh ibunya… Di situlah ku tersadar, kau penuh cinta akan diriku… Ibu, Maafkan ku bila ku telah membuatmu kecewa, Tapi sebenarnya, Tak ada terbesit di hatiku, membuat mu sedih akan diriku… Ibu.. Ku bangga mempunyai mu, tak semua orang bisa merasakan kasih sayang seorang ibu, Ibu, Satu kalimat ku persembahkan untukmu, “Terima kasih ibu”… Puisi Ibu Karya Chairil Anwar Chairil Anwar adalah seorang pujangga / penyair tersohor di Indonesia, lahir di Medan pada 26 Juli 1922 dan wafat di Jakarta pada 28 April 1949. Beliau dijuluki “Si Binatang Jalang”, ia telah menerbitkan lebih 90 karya yang 70 buah diantaranya puisi. Meski tidak berumur panjang yakni 26 tahun, namun puisi-puisi karya beliau hingga kini selalu dikenang karena begitu indah. Nah, salah satunya yakni Puisi beejudul Ibu karya Chairil Anwar, sebagai berikut Ibu, Pernah aku ditegur, Katanya untuk kebaikan, Pernah aku dimarah, Katanya membaiki kelemahan, Pernah saya bantu tolong, Katanya minta aku pandai… Ibu, Pernah aku merajuk, Katanya aku manja, Pernah aku melawan, Katanya aku degil, Pernah aku menangis, Katanya aku lemah… Ibu, Setiap kali aku tersilap, Dia hukum aku dengan nasihat, Setiap kali aku kecewa, Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat, Setiap kali aku dalam kesakitan, Dia ubati dengan penawar dan semangat, dan ketika aku mencapai kejayaan, Dia kata bersyukurlah pada Tuhan… Namun,Tidak pernah aku lihat, air mata dukamu, Mengalir di pipimu, Begitu kuatnya dirimu… Ibu, Aku sayang padamu, Tuhanku, Aku bermohon pada-Mu, Sejahterahkanlah dia Selamanya… Puisi Ibu Karya WS Rendra WS Rendra atau bernama lengkap Dr. Willibrordus Surendra Broto Rendra, lahir di Solo, 7 November 1935 dan wafat di Depok 6 Agustus 2009. Beliau adalah sastrawan, penulis puisi, skenario drama, cerpen dan esai sastra di berbagai media massa. WS Rendra dijuluki sebagai “Burung Merak” yang didasari dari karya-karyanya. Salah satu puisi yang paling terkenal dari beliau salah bertajuk Ibu. Berikut, syair puisinya “Jangan Takut, Ibu” Matahari musti terbit, Matahari musti terbenam Melewati hari-hari fana, Ada kanker payudara, ada encok, pun ada uban… Ada gubernur sarapan bangkai buruh pabrik, Bupati mengunyah aspal, Anak-anak sekolah dijadikan bonsai, Jangan takut, Ibu, Kita harus bertahan, Karena ketakutan, meningkatkan penindasan… Manusia musti lahir, Manusia musti mati, Diantara kelahiran dan kematian, Bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, Serdadu-serdadu Jepang memenggal patriot kepala Asia, Ku Klux Klan membakar gereja orang Negro… Begitupun teroris Amerika meledakkan bom di Oklahoma, Memanggang ibu-ibu, bayi-bayi, pun orang tua, Di Miami dirampok dan dibunuh pula turis Eropa, Serdadu Inggris membantai para pemuda di Irlandia, Orang Irlandia meledakkan bom London yang tentu taka man… Jangan takut, Ibu, Jangan mau diancam, Jangan mau digertak, Sebab ketakutan juga meningkatkan penjajahan… Sungai waktu, Telah menghanyutkan keluh-kesah, mimpi yang merangas, Keringat bumi yang menyangga peradaban insan, Menjadi mercury juga uranium, Tapi, jangan takur, Ibu, Bulan bagai alis mata terbit di ulu hati… Rasi galaksi Bima Sakti berzikir di dahi, Aku cium tanganmu, Ibu, Rahim dan susumu adalah persemaian harapan, Kekuatan ajaib insan, Dari zaman ke zaman… Puisi Ibu karya Khalil Gibran Ibu adalah segalanya, Dialah penghibur dalam kesedihan, Pemberi harapan di dalam penderitaan, Pemberi kekuatan di dalam kelemahan… Dialah sumber cinta, belas kasih, simpati, dan pengampunan, Manusia yang kehilangan ibunya, Berarti kehilangan jiwa sejati yang, selalu memberinya berkat, Pun menjaganya tiada henti… Segala sesuatu pun di alam ini, Melukiskan tentang susuk, ibu, Matahari adalah ibu dari planet bumi, Yang memberikan makanannya dengan sinar panasnya… Matahari tiada pernah meninggalkan alam semesta pada malam hari, Hingga matahari meminta bumi tuk tidur sejenak, Dalam nyanyian lautan dan siulan burung-burung, Pula anak-anak sungai… Dan bumi adalah ibu dari pepohonan, dan bunga-bunga menjadi ibu yang baik Bagi buah-buahan dan biji-bijian, Ibu sebagai pembentuk dasar di seluruh kewujudan, Dan adalah roh kekal, penuh cinta juga keindahan... Puisi Ibu karya Cak Nun Bila kau menangis, Bundamu yang meneteskan air mata, Dan Tuhan yang akan mengusapnya… Bila kau bersedih, Bundamu yang kesakitan, Dan Tuhan yang menyiapkan, hiburan-hiburan… Menangislah banyak-banyak tuk bundamu, Dan jangan sekalipun kau, Membuat Tuhan naik pitam padamu… Kala bundamu menangis, Para malaikatlah yang menjelma, Menjadi butiran-butiran air matanya… Dan cahaya yang memancar dari airmata bunda, Membuat para malaikat itu silau dan marah padamu, Dan kemarahan para malaikat adalah kemarahan suci, Hingga Allah tak melarang mereka tatkala menutup pintu surga… Puisi Ibu Karya Wiji Thukul Ibu pernah mengusirku, Pergi dari rumah, Namun, menangis kala aku susah… Ibu tak bisa memjamkan matanya, Jikalau adikku tak bisa tidur sebab lapar, Ibupun kan begitu marah, Kala kami berebut jatah makan, Yang bukan hak kami… Ibu memberi pelajaran keadilan kepada kita, Dengan kasih sayang, Ketabahan ibuku, Mengubah rasa sayur murah menjadi sedap… Ibupun menangis kala aku mendapat susah, Dan ibu menangis kala aku bahagia, Ibupun menangis kala adikku mencuri sepeda, Dan ibu menangis kala adikku kelar dari penjara… Ibu, Adalah hati yang rela menerima, Walau selalu disakiti anak-anaknya, Penuh ampun dan maaf… Kasih sayang ibu adalah sinar keghaiban, Tuhan membangkitkan haru insan dengan kebijakan, Ibupun yang mengenalkanku kepada Tuhan… Akhir Kata Nah, demikianlah ulasan kali ini yang bisa saya sajikan untuk pembaca semua mengenai kumpulan Puisi Ibu terbaik dan terlengkap. Semoga bisa bermanfaat dan menambah rasa sayang serta cinta kita kepada sosok ibu. Terima kasih. Ref.
DadangAri Murtono, lahir di Mojokerto, Jawa Timur.Bukunya yang sudah terbit antara lain Ludruk Kedua (kumpulan puisi, 2016), Samaran (novel, 2018), Jalan Lain ke Majapahit (kumpulan puisi, 2019), dan Cara Kerja Ingatan (novel, 2020). Buku Jalan Lain ke Majapahit meraih Anugerah Sutasoma dari Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur serta Penghargaan Sastra Utama dari Badan Bahasa Jakarta sebagai buku
Ilustrasi Ibu. Foto FreepikSetelah menemani si sulung menulis sebuah puisi tentang ibu untuk melengkapi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia, Mama tiba-tiba teringat tentang hobi Mama berpuisi. Walaupun belum sejago Chairil Anwar ataupun Sapardi Djoko Damono, Mama udah suka banget menulis puisi sejak SMA untuk membahasakan perasaan yang terkadang sulit Mama ucapkan langsung kepada orang-orang pada malam harinya Mama membuka salah satu buku kecil dengan sampul berwarna cokelat yang menjadi buku catatan khusus puisi-puisi yang pernah Mama tulis. Setelah anak-anak dan suami tertidur, Mama membuka lembar demi lembar dan puisi untuk ibunda di kampung halaman, puisi yang membuat Mama jadi kangen masa tersebut merupakan salinan dari puisi pendamping kado ulang tahun yang Mama berikan kepada ibunda saat beliau berulang tahun Menulis Puisi tentang Ibu. Foto FreepikBiar Mama-Mama enggak penasaran dengan puisi mengharukan itu, Mama dengan senang hati membagikannya di tentang IbuKali ini, kuperkenalkan kepada duniaseorang wanita bermata teduhyang dalam tatapnya aku temukan adalah embus nafas yang membuat sesak melegaDia adalah tabah yang tak pernah mengenal batasserta segala doa-doa baik yang gemar menyentuh semogaKali ini, kuperkenalkan kepada duniaWanita tangguh yang pada telapak kakinyapantas dibangunkan Tuhan sebuah surgaWanita yang selalu membuatku percayamenjadi seorang ibu adalah pekerjaan paling muliaNah, itu dia Ma puisi yang Mama tulis pakai hati untuk ibunda tercinta yang berulang tahun. Kalau dibaca ulang seperti sekarang, Mama jadi terjebak dilema di antara ingin memutar waktu dan enggak rela untuk meninggalkan masa-masa indah seperti sekarang setelah menjadi Ibu dan Anak. Foto FreepikKalau ada Mama-Mama yang bertanya, gimana sih bisa menulis puisi? Jawaban yang paling harus dicoba adalah membiasakan membaca puisi. Percaya enggak percaya, dari kebiasaan membaca, kita ikut memaksimalkan pengetahuan seputar kosakata yang bisa diolah untuk menciptakan puisi yang menyentuh hati. Dari yang Mama tahu, diksi atau pilihan kata memang menjadi modal utama untuk menulis puisi-puisi indah yang dapat membuat para pembacanya dibalut Mama juga mau memberikan salah satu puisi favorit Mama yang masih bertema tentang ibu. Ini merupakan salah satu puisi karya Amir Hamzah, seorang sastrawan ternama yang karya-karyanya menjadi bagian dari kekayaan budaya dan bahasa Indonesia. Sebelum penasaran, yuk langsung disimak aja Ma puisinya di bawah Ibu dan Anak. Foto FreepikIbuku dahulu marah padakuAku pun lalu merajuk piluMatanya terus mengawas dakuwalaupun bibirnya tiada bergerakMukanya masam menahan sedanHatinya pedih kerana lakukuMenurutkan setan, mengkacau-balauJurang celaka terpandang di mukaKusongsong juga - biar cederaBangkit ibu dipegangnya akuDirangkumnya segera dikucupnya sertadahiku berapi pancaran nerakaSejuk sentosa turun ke kalbuberpadu satu dalam dirimumengawas daku dalam duniaIlustrasi Kebahagiaan Ibu dan Anak. Foto FreepikBagaimana menurut Mama-Mama puisi karya Amir Hamzah di atas? Kalau menurut Mama sih, membaca puisi berjudul “Ibuku Dahulu” akan membawa kita bernostalgia pada masa kecil ketika melakukan kesalahan dan diharuskan menghadapi kemarahan ibu. Bagaimanapun tingkah kurang baik kita, ibu selalu dengan tabah menghadapinya dan membuat kita menyesal melakukan kesalahan. Puisi yang ditulis pada November 1937 dan diterbitkan oleh Pujangga Baru itu punya kesan yang mewakili perasaan banyak anak kan, Ma?Itulah Ma curahan hati sekaligus pengalaman singkat dari Mama serta salah satu puisi tentang ibu karya sastrawan besar Indonesia. Semoga ada manfaat yang bisa diambil ya, Ma.
Saatdi puncak karir, Ibu rela melepaskannya demi keluarga. Bapak memang tidak salah memilih pendamping hidup dan Ibu dari anak-anak kita. Alhamdulillah, kata-kata suamiku masih cukup melekat dibenakku saat aku ungkapkan keputusanku, pada malam sebelum aku menghadap direkturku. Iya Pak. Ibu iri pada Ibu pedagang kaki lima di terminal kampung
Puisi tentang kerinduan pada kampung halaman. Sering kita mendengar tentang kata kata pengen pulang kampung atau mudik dan dikresikan dalam puisi rindu desaku, biasanya disebutkan oleh mereka yang tidak menetap atau tinggal di tanah kebanyakan dialami oleh mahasiswa yang menuntut ilmu di kota, dan para pekerja yang merantau meninggalkan kampung halaman untuk mencari nafkah di perantuaan, keadaan seperti ini biasa menginspirasi puisi anak rantau rindu kampung halaman serta puisi indonesia sendiri musim pulang kampung atau biasa juga disebut mudik adalah ketika hari hari besar keagamaan, seperti hari raya idul fitri dan hari raya keagamaan yang lain seperti natal dan lain perasaan rindu akan kampung halaman mereka yang kreatif menceritkannya dalam puisi tentang rindu pulang serta sajak pulang kampung, biasanya penyebabnya kerinduan karena sudah lama meninggalkan kampung dan sanak keluarga atau hal hal yang merindukan orang tua di kampung, rindu suasana kampung atau alam desa yang sejuk serta merindukan teman dan sahabat sepermainan, kangen keluarga di kampung atau mungkin hanya rindu rumah kampung yang berbeda dengan rumah-rumah yang ada di Kumpulan Puisi Perjuangan Hidup Anak DesaRumah kampung yang sederhana biasanya menjadi daya tarik tersendiri, sehingga ketika lama tak pulang kampung halaman perasaan kangen akan suasana kampung halaman selalu terbayang yang membuat kita ingin kembali ke kampung menikmati suasana desa dan kampung yang karya tulis artikel tentang kampung halaman sering kali kita jumpai seperti, puisi rindu kampung halaman, merindukan kampung tercinta, kata mutiara kangen kampung atau kata bijak rindu kampung halamanku dan lain lain sebagainya, Semua menceritakan akan suasana kampung atau di ketahui pengertian kampung adalah kesatuan administrasi terkecil yang menempati wilayah tertentu, terletak di bawah kecamatan, kampung juga biasa diartikan desa atau dusun. tergantung dari penyebutan masing masing dengan kata kata kampung halaman di bawah ini beberapa puisi tentang kerinduan pada kampung halaman atau puisi rindu desaku, adapun masing masing judul puisinya antara lainPuisi rindu kampung halamanPuisi mudikPuisi tentang kampung halamanPuisi berjuta sepiPuisi rindu kampung halamankuPuisi tepian danau cintaPuisi rindu kampung halaman IIPuisi perpisahan dan air mataPuisi tentang sebuah rinduPuisi pulang ke kampung halamanPuisi rindu kampungPuisi padamu kusampaikanKampung halaman memang suatu tempat yang indah, jika dibandingkan dengan suasana keramaian di kota,Di kampung suasana sepi dan kedamaian selalu tersaji bersama keasrian alami alam sehingga suasana desa atau kampung menjadi tempat yang indah untuk menjauhi kebisingan jika ingin menikmati suasana alam yang alami datanglah ke kampung menikmati panorama alam Puisi Tentang Kerinduan Akan Kampung HalamanRindu kampung halaman atau merindukan desa yang bersuasana aman damai dan sejuk adalah alasan bagi mereka yang ingin pulang kampung menikmati suasana desa yang tak dapat juga dipungkiri terkadang ada hal hal tertentu yang membuat seseorang pulang kembali ke kampung yang kita simak saja bait bait kumpulan puisi tentang kerinduan pada kampung halaman berikut Rindu Kampung HalamanOleh; PRKerinduan yang jauh di sanaTebingtebing terlukis indah dedaunan,menjalar akar kedamaian di tengah gelayutan tarian tangan gembalaYang bermain dan bekejaran di atas pematang basa, penuh cinta- kasih sayangBurungburung terbang menjauh....Kabarkan padanya kasih tercintaYang berseruling merdu rinduAku akan- segera datang;Menemani hujan memori jalananGresik2017PUISI MUDIKEka KadarsetiaMenjenguk kampung halamanMelepas rindu dahagaCinta kasih orang tuaKerabat dan handaitaulanMenyusuri lagi ceriteraTeman-teman semasa kecilSawah, ladang serta sungaiTegalan dan alun-alunTempatnya kami bermain ...Masjid, langgar serta surauTempat kami belajar shalatPara Ustadz dengan sabar,Membimbing kami mengajiSekolah dan MadrasahTempat kami mereguk ilmu ....Kota besar hanya impianNegeri luar cuma hayalanWalau mungkin jadi nyataDesakuKini ku datang padamuPada tanah kelahirankuBaca Juga Puisi Senja Di DesaPUISI TENTANG KAMPUNG HALAMANOleh Candramatanya berkacakacaaku dapati ketika merekadalam satu perbincangantentang bahasa yang kentalberlapis embun dini hari atastrotoar yang lesehan. jalanan mulailengang. penjual sate madurabeserta anak istrinyadengan penjual pecel lele lamonganbeserta awak dagangnya. serujuga haru. persiapan dantabungan, oleholeh danbaju baru sertakhayalan tentang sanak kadangsaat bertemu hari raya nantidi kampung halamanpelabuhan rindudari rantauyang gebu setahun berlalu. akubisu saja dalam genangan kopiyang dingin pada tepianserbuknya. pun jauhanganku entahkemana pulang tubuh kembara inijika jiwaku tercecer di setiap perhentian?Puisi Berjuta SepiOleh Agus SuryadiSelamat datang malamTitip berjuta rindu untuk mereka di kampung halamanAku di sini, biarkan membeku karena dukaSebab hari, terus beranjak dan menoreh malam, malamBiarkan rinduku semakin kelamMenikam gundah yang mulai membuncahPada rasa yang terus menggoda malam beranjak pagiAku berteman sepi, air mata basahi pipiTiada gema singgah menepiTakbir mengalun ... menelisik Rinduku Kampung HalamankuOlehBonoMalam tak berbintanghanya awan hitam yang kelihatanterpaku sendiritiada teman dan awanhanya angin yang ku rasakandi temani nyamukyang kian kesana kemarimalam yang sunyisampaikae rindukupada kampung halamankuPuisi Tepian Danau CintaOlehSihal AmuiDi danau ini...Kita pernah memadu kasihMasih seperti dulu belum berubahTanda cinta tertulis di batuRiak-riak danau menepiMasih rajin menariDulu di sini kita membuang galauKetika kita hati sedang risauTepian danau cintaMasih sejernih duluMasih berbunga rinduDi ujung cinta berlikuBila pulang ke kampung halamanSiggahlah di tepian danau cintaTempat kita sering berduaDi tepian danau kita taburkan bunga asmaraPuisi Rindu Kampung HalamanMamak, Bapak, Aku Rindu...Rindu masa - masa indah kebersamaan kita dulu...Rindu pada rumah, kebun, dan kampung pada teman - teman dan handai rinduBapak aku rinduAku Rindu....Puisi Perpisahan Dan AirmataOlehMidunDelapan tahun silamAku tinggalkan Kota Jakarta dengan penuh kesedihanTali pernikahanku terputus di tengah perjalananAku tinggalkan kedua anakku di pagi yang masih kelamAir mata terjatuh di sepanjang jalanMenuju kampung halaman di Ranah minangSemua ini bukan keinginankuTakdir dari Tuhan yang harus aku terimaWalau pun menanggung siksa yang sulit kunjung redaDelapan tahun aku meniggalkan kedua anakkuDelapan tahun rindu menyiksakuKini semua telah terobatiKedua anakku bertemu Di dunnia mayaRinduku terobatiGembira tak terkiraPuisi Tentang Sebuah RinduOleh Ida Bayam BundaxTak bosanbosan akuMerindu kepul asap tungkuHarum menusuk hidungkuTugas tanpa pamrih ibuSebelum bedug subuh bertaluAyam jago bapak bernyanyi merduDingin pagi menusuk tulangkuBegitulah harihari indahkuKini semua tinggal kenanganYang takkan mungkin terlupakanMeski ibu bapak telah berpulangKepangkuan istana rumah TuhanRindu dalam qalbuMasih seperti dahuluKemanapun langkah kaki menujuMenggelitik nurani selaluAku pasti pulangMenunggu waktu akan datangKembali pada kampung halamanYang kurindukan sepanjang zamanPuisi Pulang Ke Kampung HalamanOleh Dewi Kusmiatipulang ke kampung halaman adalah kepedihan yang manis, karenalangitnya selalu terasa puitisjalan setapaknya tetap teduhhawanya menebar wangi kemuning yang tumbuh di lereng bukit ujung kampungrumah kenangan itu masih bercat putih berpagar kembang sepaturumah yang menyimpan ribuan cerita manis dan pahit, tawa dan tangisyang berbeda adalahtidak ada lagi senyum hangat ibu yang biasa menyambut kepulangan anak-anaknyasudah dua lebaran ibu tak hadir di tengah anak cucunyasudah dua lebaran ibu mengikuti ayah yang sudah lebih dulu meninggalkan kami untuk menghadapNyatiba-tiba ada harum ketupat dan opor ayam memenuhi ruang tengah dan menyeruak ke teras rumahkami semua tertegun, anak-anak berhenti berlarian, kami saling bertatapanah ibu tetap hadir di rongga dada kamiPuisi Rindu KampungOleh Heru Widhi HandayaniSejenak di kampungkududuk-duduk di atas jeramimelihat petani dengan tawa renyahmenyapa dengan senyum ramahdan bau lumpur itu anugerahmengikat ingatanku akan kedamaianbahwa kampungku belum tergilas zaman....PUISI PADAMU KUSAMPAIKANOleh Bayu Aji AnwariDibayang senja kumemandangimuMencari bayang disebalik tirai diantara dua manik awan merengkuh mentari ketaktahuanku kian menjadiBerbuah persepsi bertangkai asumsi dan berujung hari, kian menumpukMendatangkan ribuan keliaran sarat akan intrik dan lelah, bisik nuraniAku rindu kampung halaman, lanjut suara dalam tertunduk tanpa dayaTak sanggup menerima caci maki dan itu mesti bersinarAgar kehidupan tak akan Juga Kumpulan Puisi Desaku yang Damai Dan PermaiDemikianlah puisi tentang kerinduan pada kampung halaman. Simak/baca juga puisi perjalanan pulang kampung di blog ini, semoga puisi rindu kampung halaman diatas menghibur dan bermanfaat. Sampai jumpa di artikel puisi halamanku selanjutnya. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi bijak yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.
WS. Rendra adalah penyair, dramawan, pemeran dan sutradara teater berkebangsaan Indonesia. Beliau lahir di Solo, Hindia Belanda, 7 November 1935 dan meninggal di Depok, Jawa Barat, 6 Agustus 2009 pada umur 73 tahun. Sejak muda, dia menulis puisi, skenario drama, cerpen, dan esai sastra di berbagai media massa.
Friday, June 12, 2015 Puisi merindukan kehadiran ibu. Seorang anak yang sayang pada ibunya ketiga berada jauh pastilah merindukan kehadirian ibu disisinya, sebab ibu dan anak memiliki keterikatan batin yang kuat. sehingga kita berada jauh dari ibu, ibu akan selalu teringat. Merindukan seorang ibu adalah hal yang waja bagi seorang anak, karena ibu merupakan sosok yang yang paling berjasa dalam kehidupan kita sebagai anak, bberkaita tentang ini, dua puisi rindu kepada ibu kali ini, di beri tema puisi merindukan ibu, adapaun masing masing judul puisinya antara seikat rindu untuk ibu Puisi kerinduan sang ibu Salah satu penggalan bai dari dua puisi merindukan ibu tersebut "dari anakmu dengan tulus Panjatan doa yang tiada putus Semoga anakmu dalam kebaikan menerus Menggapai mimpi yang dulunya pupus, Guratan rindu di wajah Ibunda terlihat begitu dalam Menghentikan riang ananda diujung malam". Selengkapnya dari bait ini, disimak saja puisi dengan temma merindulan kehadiran ibu berikut Seikat Rindu Untuk Sang Ibu Oleh Imam Abdullah El-RashiedTermohon... Termohon dari anakmu dengan tulus Panjatan doa yang tiada putus Semoga anakmu dalam kebaikan menerus Menggapai mimpi yang dulunya pupus Berharap... Berharap hati terus terikat Dengan dirimu walau berjarak Membuat Rindu terasa berat Semoga berjumpa di sukses kelak Rindu... Rindu padamu kian menumpuk Masa nan jauh harap dirujuk Terpisah jarak bukanlah buruk Tangis... Tak kuasa diri membendung tangis Setelah hati terasa diiris Karena Rindu tiada ditepis Tarim, 12 Juni 2015Puisi Kerinduan Sang Ibu KiongGuratan rindu di wajah Ibunda terlihat begitu dalam Menghentikan riang ananda diujung malam Bergegas cari temali tuk lipur lara Bundanya Batin sudah terikat, tapi itupun tak cukup jua Karena rindu, panas dingin Ibunda dibuatnya Sekejap Bunda terpaku Merasa risih ananda tak lagi menyatu Rumah itu bisu, tapi kenangannya tak diam dikepala itu Sebuah f0to gagahnya mengg0da Ibu Kembali mundur masamasa ananda menyusu Minta hidup pada ibu. - Demikianlah puisi merindukan kehadiran ibu. Simak/baca juga puisi ibu dan ayah yang lain di blog ini. Semoga puisi kerindua ibu di atas dapat menghibur dan bermanfaat, Jangan lupa di share puisinya yah... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label puisi ayah dan ibu. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.
Penggunaanrindu dan kangen adalah salah satu yang bikin dua kata ini berbeda. Oleh karena itu, biar tepat pakai rindu atau kangen sesuai momennya dan kamu jadi tahu maksud pasangan sebenarnya, simak yuk ulasan Hipwee berikut ini. Karena rindu dan kangen itu nggak sama, kamu harus tahu perbedaan di balik dua kata itu. 1.
Kangenku pada Kampung Halaman Kita, Ibu Ibu, sunyi hutan jati tak lagi mampir di hati gemericik air kali tak lagi menetes pada mimpi malam tak lagi berhias tembang-tembang kinanti sebab aku telah dipanggang matahari. Ibu, anakmu sesorang diri tersesat di antara pilar-pilar baja dan taring kota. gemericik air kali belakang rumah melambai-lambai amben kecil di bawah pohon mangga di pekarangan rumah menunggu pangkuan ibu dan tembang kinanti saban senja begitu merindu ibu, air mata menetes menikam sampai palung hati Puisi Kangenku pada Kampung Halaman Kita, Ibu Karya Tjahjono Widarmanto
. 38 385 276 236 94 27 273 465
puisi kangen ibu di kampung